Catatan ringan dari sesi pelatihan website dosen di Universitas Jambi…..
Sesi pelatihan dengan tutor Dr. Jefri Marzal itu ditutup oleh Pak Jo dengan pidato singkatnya. Yang menarik, Pak Jo mengungkap sebuah fakta adanya “silent hero” di UNJA yang memungkinkan fasilitas internet di Kampus Telanaipura bisa melaju sangat kencang. Terasa memang…wuss…wuss….. googling, uploading, downloading cepat sekali. Dan itu semua gratis, zonder uang buat nambah bandwith atau membayar seorang teknisi, semata-mata perjuangan solo karier teman kita ini. Seorang teman sejawat yang disebut Pak Jo sebagai “silent hero” kebetulan saya kenal cukup dekat. Ke-silent-an beliau setahu saya bukan hanya di soal bandwith saja. Satu ketika saya melihat sang teman ini membuat program aplikasi keuangan.
Saya tanya: buat apa? Jawabnya: memudahkan pengelolaan keuangan universitas, cash flow jadi jelas, berapa dan siapanya juga jelas. Jadi pimpinan cukup memantau lewat komputer saja.
Saya tanya lagi: diminta Pak Rektor ya? Jawabnya : enggak, iseng aja buat. Kita kan tahu, manajemen keuangan kampus kita itu…………. (off the record).
Saya bilang : Wah, program seperti ini kan mahal, lho. Sudah coba ajukan pendanaan ke Universitas?
Jawabnya: Ah, ngapain. Syukur, kalau program ini dipakai dan bermanfaat. Itung-itung, amal jariah.
Bagi saya seorang silent hero boleh jadi bisa dipandang sebagai sebuah anomali kehidupan dengan warna materialistik yang kental. Butuh keberanian mental untuk bertindak demi maslahat orang orang banyak, tanpa bayaran dan tanpa pujian. Bekerja dalam senyap, seperti anggota clandestin, tanpa nama, tanpa kata, tanpa berita. Ketika karya terwujud, menggema, menggembirakan banyak orang, tak ada yang tahu atau sangat sedikit yang tahu kalau itu hasil kerja keras kita. Alih-alih dapat penghargaan, ada resiko besar hasil kerja diklaim orang lain.
Apa yang diinginkan para “silent hero” ini sebenarnya? Hanya Allah dan yang bersangkutan yang tahu. Kita hanya menduga: mungkin kepuasan batin yang dicari, kebahagiaan sejati ketika diri menjadi berarti, atau wujud penghambaan kepada Sang Khaliq.
Saya kira ada banyak nama yang bisa kita sebut “silent hero” di kampus kita ini. Tapi, demi menjaga marwah yang bersangkutan, menjaga namanya tetap “silent”sangat penting. Sangat mungkin yang bersangkutan merasa tidak nyaman ketika namanya disebut berjasa melakukan ini dan itu. Boleh jadi menyebut-nyebutnya malah melukai harga dirinya. Wallahu ‘alam.
By the way, let’s do some meaningful thing and…..keep it silent!!!!!